Selasa, 14 September 2021

Penanggulangan Masalah Stunting akibat Pemenuhan Gizi yang Buruk

Masalah Gizi Buruk di Indonesia
sumber gambar: pdrc.or.id

Masalah Gizi Buruk di Indonesia

Gizi buruk merupakan salah satu masalah paling utama di Indonesia dari tahun ke tahun. Sebagai negara berkembang, Indonesia telah melewati berbagai tantangan, diantaranya dapat menurunkan angka kematian anak dan meningkatnya penerimaan anak terkhususnya di sekolah dasar secara signifikan. Meskipun begitu, dalam masalah status gizi anak, masih saja belum ada peningkatan.

Proporsi Balita Mengalami Masalah Gizi oleh Kemenkes (2018), credit: databoks.katadata.co.id

Data Gizi Buruk dan Gizi Kurang Terbaru oleh Kemenkes (2021)

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa anak yang mengalami masalah gizi di Indonesia masih cukup tinggi. Sehingga masalah tersebut memerlukan perhatian lebih dari seluruh elemen masyarakat.

Faktor Penyebab Masalah Gizi Buruk (Arisman, 2004)

Menurut (Arisman, 2004), masalah gizi buruk yang terjadi di Indonesia ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya:
  • Keadaan ekonomi yang buruk
  • Sanitasi yang kurang baik
  • Pengetahuan orang tua mengenai pentingnya asupan gizi yang cukup
  • Perilaku orang tua yang kurang tepat dalam pemenuhan gizi
Gizi anak yang tidak terpenuhi ini mengakibatkan permasalahan lainnya, diantaranya adalah anak bertubuh pendek (stunting), dan kurus (wasting). Pada artikel kali ini kita akan berfokus membahas masalah stunting yang sudah sangat memprihatikan dan perlu perhatian lebih dari semua pihak.

Stunting di Indonesia

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar (2018), stunting merupakan masalah kekurangan gizi pada anak yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi, sehingga hal tersebut mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak, yaitu tinggi badan anak lebih pendek dari standar usianya. Tubuh anak yang pendek ini oleh orangtua seringkali dikatakan sebagai masalah genetik, sehingga mereka merasa hal tersebut tidak dapat diatasi dan hanya dapat menerimanya. Padahal, genetika merupakan faktor determinan yang paling kecil dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan, dan pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu, sebenarnya stunting merupakan masalah yang dapat dicegah. 

Faktor Penyebab Stunting

Masalah stunting ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya:
  • Kekurangan gizi dalam waktu lama, yang terjadi pada 1.000 hari pertama kehidupan anak. Yakni sejak anak masih dalam kandungan hingga usia 24 bulan
  • Pola asuh ibu yang kurang tepat pada anak, terutama dalam perilaku dan praktik pemberian makanan kepada anak
  • Fasilitas sanitasi yang buruk
  • Keterbatasan akses ke air bersih
  • Kebersihan lingkungan yang kurang terjaga

Dampak Stunting Bagi Anak dan Negara

Menurut bulenting stunting (2018) yang dipublikasikan oleh Kemenkes RI, dampak stunting bagi kehidupan anak antara lain:

Dampak jangka pendek:

  • Berisiko lebih tinggi terpapar penyakit
  • Perkembangan motorik, kognitif, dan verbal tidak oprimal
  • Biaya kesehatan meningkat

Dampak jangka panjang

  • Pertumbuhan postur tubuh anak yang tidak optimal saat ia mulai beranjak dewasa, sehingga mereka menjadi lebih pendek dari standar usianya
  • Kesehatan reproduksi menjadi menurun
  • Risiko terkena obesitas dan penyakit lainnya menjadi lebih tinggi
  • Performa dan kapasitas belajar, serta produktivitas kerja yang kurang optimal
Selain itu, stunting juga berdampak pada negara, yaitu dalam jangka panjang masalah stunting ini memiliki efek pada pertumbuhan negara. Produktivitas masyarakat yang rendah dapat mengakibatkan pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat, yang nantinya akan meningkatkan angka kemiskinan, serta memperlebar angka ketimpangan ekonomi.
sumber gambar: mediaindonesia.com

Dari data tersebut diketahui bahwa memang jumlah kasus stunting di Indonesia sudah menurun menjadi 27,7% pada tahun 2019. Namun, angka tersebut masih termasuk tinggi, dimana WHO menargetkan standar angka stunting tidak boleh lebih dari 20%.

Untuk mengatasi hal tersebut, pada awal tahun 2021 pemerintah menargetkan angka stunting turun menjadi 14% pada tahun 2024 mendatang. Sehingga, untuk mewujudkan hal tersebut perlu peran dan kerjasama dari berbagai elemen masyarakat supaya masalah stunting ini dapat segera teratasi.

Urgensi Penanggulangan Masalah Stunting

Seperti yang telah diamanatkan oleh Bapak Presiden Indonesia, Joko Widodo, bahwasannya pada tahun 2024 angka stunting turun ke 14%, pemerintah telah mempersiapkan berbagai strategi dan kebijakan. Salah satunya adalah dengan pendekatan siklus hidup 1.000 hari pasca kelahiran dan masa remaja dengan strategi:
  • Peningkatan Kapasitas SDM
  • Peningkatan Kualitas Program
  • Penguatan Edukasi Gizi
  • Penguatan Manajemen Intervensi Gizi di Puskesmas dan Posyandu

Upaya Penguatan Intervensi Gizi

Dalam penguatan intervensi spesifik gizi dilakukan berbagai upaya, antara lain:
  • Melakukan kegiatan Promosi dan Konseling Menyusui dan Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)
  • Melakukan suplementasi gizi mikro dengan pemberian tablet tambah darah dan kapsul vitamin A
  • Melakukan suplemen gizi makro dengan pemberian makanan tambahan ibu hamil dan balita
  • Mengadakan pemantauan perkembangan dan pertumbuhan balita
  • Pelaksanaan tatalaksana gizi buruk
Selain itu, pemerintah juga mempersiapkan berbagai pendukung untuk menyukseskan upaya penanggulangan masalah gizi buruk di Indonesia, diantaranya:
  • Penyusunan regulasi dan strategi komunikasi dalam mengatasi masalah gizi buruk
  • Pelatihan komunikasi antar pribadi: pusat, provinsi, puskesmas
  • Memberikan materi pelatihan dan materi KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)
  • Penyebarluasan informasi melalui media cetak, media elektronik, dan media sosial
  • Memberikan dukungan dana kegiatan dari APBN, APBD, dan BOK

Alternatif Penanggulangan Masalah Stunting

Karena pada saat ini Indonesia sedang mengalami krisis sebagai akibat pandemi Covid-19, tentu perlu banyak penyesuaian program-program yang telah disiapkan pemerintah tersebut. Dalam masa pandemi seperti ini, tentu untuk melakukan sosialiasi secara langsung kepada masyarakat sangat tidak memungkinkan untuk dilakukan, karena kita harus mengurangi mobilisasi. Sehingga perlu berbagai alternatif program penanggulangan masalah stunting, diantaranya:

Pelaksanaan Program Sosialisasi Melalui Media Sosial atau Media Elektronik

Di zaman yang serba online ini, tentu banyak orang tidak bisa lepas dari sosial media. Sehingga kita dapat melakukan penyebaran informasi melalui sosial media, yang tentu harus dikemas secara menarik mengikuti trend yang ada sekarang ini. Seperti dengan melakukan pembuatan video singkat sosialisasi mengenai stunting, karena orang zaman sekarang suka dengan sesuatu yang singkat dan ringkas, sehingga penonton tidak bosan dalam menyimak konten tersebut.

Dengan media sosial, kita juga dapat membuat program volunteer yang berfokus pada penanggulangan masalah stunting. Dengan program ini, tentu informasi dapat lebih mudah dijangkau oleh lebih banyak pihak, serta kita juga dapat menarik rasa kemanusiaan dalam mengatasi permaslahan ini.

Selain melalui media sosial, perlu juga penyebaran informasi melalui media elektronik lainnya seperti program televisi, dan radio. Dengan hal tersebut, informasi dapat lebih mudah tersebar dan menjangkau banyak pihak.

Melakukan Pemantauan dan Pembimbingan pada Siklus Hidup 1.000 Hari Kehidupan Anak secara Online

Dikarenakan pengurangan mobilisasi guna memutus rantai penyebaran Covid-19, program untuk melakukan pengawasan dan bimbingan pada siklus hidup 1.000 hari kehidupan anak juga harus dilaksanakan secara online. Program ini dapat dilakukan dengan sistem terhubung satu dengan yang lain melalui grup khusus salah satunya dengan media sosial whatsapp dari tingkat tertinggi, hingga terendah yaitu tingkat RT, bahkan keluarga. Sehingga jika hal tersebut dapat terlaksana dengan baik, maka kita semua dapat melakukan pengawasan dan bimbingan kepada orang tua untuk terus memperhatikan pemenuhan gizi anak guna mencegah stunting.

Kendala dan Halangan dalam Mengimplementasikan Program

Dalam melaksanakan program tentu akan terdapat berbagai kendala dan halangan dalam mengimplementasikan program yang telah direncanakan. Salah satu diantaranya adalah orangtua yang cuek atau tidak peduli terhadap anaknya, sehingga dalam hal ini perlu usaha lebih dari fasilitator untuk terus berkomunikasi dengan keluarga-keluarga sehingga pengawasan dapat terlaksana dengan baik. Selain itu pemerintah juga perlu memeratakan berbagai fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat, sehingga anak-anak dapat merasakan berbagai fasilitas yang baik, mulai dari kesehatan, sanitasi, hingga air bersih.

Selain itu, tak hanya peran dari pemerintah, namun juga perlu peran dari segala elemen masyarakat untuk mengatasi hal ini. Kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat, tentu pasti akan membuahkan hasil yang baik dalam program menurunkan angka kasus stunting di Negara Indonesia ini. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama menyukseskan program pemerintah tersebut guna menyelesaikan masalah gizi buruk di Indonesia ini, sehingga kesehatan anak-anak di Indonesia dapat terjamin.

Daftar Rujukan:
Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2021, February 18). Indonesia Cegah Stunting. Retrieved September 14, 2021 from https://www.bkkbn.go.id/detailpost/indonesia-cegah-stunting

Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar. (2018, April 11). Apa Itu Stunting?. Retrieved September 14, 2021 from http://dinkes.karanganyarkab.go.id/?p=3713

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan : Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Jakarta: Pusdatin Kementerian Kesehatan RI.

Marbun, P. (2020, September 15). Menilik Masalah Gizi di Indonesia, Stunting Bisa Rugikan Negara?. Retrieved September 14, 2021 from https://www.gooddoctor.co.id/parenting/gizi-anak/gizi-buruk-pada-anak-di-indonesia

Pinandhita, V. (2021, April 09). 1 Dari 3 Anak Indonesia Mengidap Stunting, Dampaknya Jadi Begini. Retrieved September 14, 2021 from https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5525635/1-dari-3-anak-indonesia-mengidap-stunting-dampaknya-jadi-begini

Unicef. Nutrisi. Retrieved September 14, 2021 from https://www.unicef.org/indonesia/id/nutrisi

0 comments:

Posting Komentar

Tata Tertib Berkomentar :
1.) Berkomentarlah dengan sopan sesuai dengan topik artikel.
2.) Jangan sertakan link aktif dalam komentar, karena saya pasti akan mengunjungi balik blog sobat.
3.) Jika artikel ini bermanfaat bagi sobat, bagikan artikel ini ke teman-teman sobat melalui Facebook, Google+, Twitter dan lain lain, karena "berbagi itu indah" hehehe.

Terima kasih sudah berkunjung.